Home » » Sejarah Pemilu INDONESIA

Sejarah Pemilu INDONESIA

KAMPANYE PEMILU BERDARAH YANG TAK BOLEH TERULANG


Diceritakan oleh A. Haryandoko D. dalam blognya
Minggu, 25 April 1982 09.00.
Kenangan Minggu Berdarah di masa pemerintahan Presiden Haji Muhammad Suharto. Saya keluar dari rumah, di Cempaka Putih, membawa kamera Yashica SLR dengan lensa telezoom 75-300mm ,siap dengan film. Naik bemo ke Paseban, depan Universitas Indonesia di Salemba, saya jalan kaki menuju Pasar Senen. Hari ini adalah hari giliran Partai Golkar berkampanye. Di depan bioskop Grand, banyak orang berkelompok menunggu sesuatu di tepi jalan. Perasaan saya mengatakan, akan terjadi sesuatu disitu. Hal ini terlihat dari gelagat dan gerak orang-orang yang bergerombol disitu. Kemudian saya berpindah tempat ke jembatan

penyeberangan di dekat bioskop GRAND.
(sekarang sudah tak ada lagi bioskop itu, lihat gambar) Dari jembatang penyeberangan ini saya ambil gambar pertama. Dia atas truk itu adalah masa pendukung Golkar, sedang yang menonton di tepi jalan adalah masa dari PDI dan PPP. Mereka saling ejek mengejek. Disitu juga sudah bersiaga tentara dan polisi. Truk yang pertama lewat, kemudian disusul truk berikutnya. Masa PDI dan PPP dengan yang di truk saling mengejek. Sopir truk berikutnya ini terpancing emosi dan menghentikan kendaraannya yang penuh dengan masa pendukung Golkar.
[ Ijin penggunaan semua foto :A.Haryandoko, e-mail : jayusharyandoko@yahoo.com . Hak Cipta dilindungi Undang_undang ]
Lihat foto disebelah ini, karena merasa bersama dengan masa pendukung yang cukup banyak maka sopir truk yang terdepan berhenti ketika diejek olah masa yang menonoton di tepi jalan (PDI dan PPP). Masa yang didepan bioskop ini semakin mengejek masa yang di truk( dengan bendera Merah Putih), bahkan mulai ada yang melemparkan batu ke arah masa yang berada di atas truk.
Tentara dan polisi mulai bertindak, karena lempar melempar bertambah seru. Polisi menyuruh truk untuk berjalan terus. Lemparan-lemparan batu masih terus berlangsung. Kebetulan disebelah bioskop Grand, ada pembangunan ruko, jadi cukup tersedia banyak batu-batu untuk dilemparkan. Kerusuhan mulai terjadi ditengah masa yang saling melempar batu. Kemudian terdengar bunyi letusan-letusan senapan!

Saya terus mengambil foto, sambil bertiarap diatas jembatan penyeberang, beluru banyak berdesingan ke jembatan seberang, dan terdengar juga peluru mengenai besi-besi jembatan penyeberang. Foto ketiga memperlihatkan masa yang sudah berlari-lari kocar kacir menjauh menyelamatkan diri 3.
Namun…..
Setelah bunyi rentetan senjata sudah tak terdengar, pelahan saya bangkit dan turun dari jembatan penyeberangan. Di dekat ujung jembatan penyeberangan, sebelah bioskop Grand, depan gedung yang baru dibangun, bergelimpangan korban peluru tajam dari aparat bersenjata. Saya ambil foto secara cepat, beberapa kali. Pada foto yang lain pria yang berbaju putih masih tampak berubah posisi, bergerak. Juga Pemuda yang berkaos garis-garis, kepalanya berdarah dan masih bergerak. (Lihat pada gambar tangan, menunjukkan masih hidup).
Foto berikut saya ambil dari atas jembatan penyeberangan sebelum turun. Seorang pemuda terkapar di sebelah dalam pagar bangunan. Punggungnya tertembus peluru, jelas bukan peluru karet.
Polisi melarang saya mengambil foto-foto. (mengapa?). Mungkin mau menutupi kekerasan yang merenggut jiwa ini? Saya tetap terus mengambil foto-foto, bahkan foto polisi yang melarang saya memotret. Saya dikejarnya, tentu saja saya tak mau diam, lari sambil jepretkan kamera sana-sini.

Ketika saya berlalri turun dari jembatan penyeberangan. Seseorang berambut gondrong dengan pakaian safari biru, memegang lengan saya dari belakang sambil bertanya apakah saya mengetahui kejadian awalnya. Saya mencium gelagat tidak baik, langsung saya jawab saya tidak tahu sambil menepis tangan orang itu dan berlari meninggalkan tempat itu.
Sambil berjalan cepat saya masih sempatkan mengambil foto-foto insiden sekitar Salemba dan Kramat. Terus saya ke monas dan ke harmoni (Naik turun bis, sambil melihat ada tidak yang mengikuti saya! )
HARI-HARI PENUH KEKHAWATIRAN
Hari berikutnya saya cetak foto-foto di Jakarta foto. teman-teman di kantor sangat surprise atas hasil pemotretan saya. Mereka sekaligus mengingatkan saya hendaknya hati-hati dengan foto-foto yang sangat sensitif itu.
Melalui atasan saya yang punya hubungan dekat dengan perusahaan yang bergerak dibidang industri peternakan unggas milik PROBOSUTEDJO, (saudara tiri H.M. Suharto) pt Mercu Buana, akhirnya datang 4 orang yang mengaku kurir dari Bapak HM Suharto. Mereka mengatakan: Bapak (Presiden) hanya mau melihat foto-foto yang saya ambil…….

1 komentar:

  1. ya tuhan ... demokrasi dibayar mahal ... Republik ini jangan sampe lupa sejarah nya ... hentikan kekerasan politik sekarang juga!

    BalasHapus

Label

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pengikut

 
Support : MHMMD | Nusantara | Jaya 2045
Copyright © 2013. GPNTE - All Rights Reserved
Sekretariat Komplek Citra Garden Blok B.1 No.17 Floor 3 Jl. Jamin Ginting Medan
Telp. 061-8225966 HP. 082370000711